Rabu, 06 Oktober 2010

Pendidikan Agama Islam-Dari Mana Manusia Berasal ?

Dari Mana Manusia Berasal ?
Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.
Teori Darwin mengatakan manusia mencapai bentuk sekarang ini setelah proses evolusi yang panjang. Penekanannya adalah manusia berawal dari hewan yang mengalami evolusi yang panjang. Ada yang mengatakan manusia berasal dari kera. Ada pula yang mengatakan dari reptil. Jika dibandingkan secara kasat mata dengan apa yang tertulis di kitab suci seperti Injil atau Alquran, sains atau penemuan manusia ini seakan sangat bertentangan.
Hal inilah yang kemudian memacu, Dr. Maurice Bucaille selama lebih dari 40 tahun memusatkan perhatiannya pada bidang biologi molekuler dan genetika. Dokter dari Prancis ini kemudian menelaah dari dekat kitab-kitab suci agama-agama monoteistik, Yahudi, Nasrani dan Islam. Buku ini adalah ringkasan dari hasil telaahnya itu.
Di dalam buku ini, ia menunjukkan, sains dan agama sama sekali tidak bertentangan. Keduanya bahkan sangat selaras. Dari kitab-kitab suci yang ia telaah tersebut ia menemukan Alquran berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya. Alquran terlepas dari kesalahan-kesalahan manusiawi yang bisa ditemukan pada kitab-kitab suci lain yang merupakan hasil penulisan kembali oleh orang lain.
Melalui buku ini, Bucaille meyakini bahwa ayat-ayat Al-Quran tentang berbagai fenomena di alam, khususnya tentang asal-usul makhluk hidup, proses biologis pada organisme makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak berentangan dengan fakta yang ditemukan sains.
Salah satu contohnya kesesuaian antara teori ledakan besar (big bang) dengan ayat dalam Al-Quran (QS Al Anbiya [21] : 30) : “dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan keduanya….,” secara tersirat ayat tersebut menyatakan langit dan bumi dahulu merupakan suatu kesatuan lalu kemudian mengalami pemisahan. Dalam sains, mekanisme teori big bang juga menjelaskan mengenai pemisahan langit dan bumi tersebut.
Bucaille juga berpandangan ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang penciptaan Adam dalam (QS Al-A’raf [7]: 11) “Sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu…” sebagai sebuah pernyataan sebuah proses. Ia meyakini ayat tersebut menyiratkan adanya proses perubahan atau transformasi bentuk manusia dalam perjalanan waktu transformasi bentuk manusia dalam perjalan waktu yang panjang sehingga mencapai bentuk sempurna seperti saat ini. Menurutnya, manusia juga mengalami proses evolusi sebagaimana hewan dan makhluk hidup lainnya. Namun, yang membedakan evolusi manusia ini telah diarahkan Tuhan dengan mendesainnya menjadi bentuk yang sempurna seperti sekarang.

Untuk Apa Manusia Hidup ?
Jika melihat dari asal kejadiannya dan kesudahan hidup kita kelak, orang yang bijak akan menyadari bahwa kehidupan kita yang sebenarnya bukan di dunia ini. Dunia ini hanyalah jembatan saja menuju ke kehidupan akhirat, tempat asal kita. Marilah kita coba merujuk kepada Tuhan yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini, yang membekali manusia dengan hati ( jiwa atau ruh ), akal dan nafsu. “Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembahKu” (Az Zaariyat: 53)
“Sesungguhnya Kami telah mengilhamkan kepada jiwa itu dua jalan yaitu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan.” (Asy Syam: 8)
“Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan.” (Yusuf: 53)
“Apakah tidak engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsu sebagai Tuhan, lalu dia disesatkan ALLAH.” ( Al Jaasyah: 23)
Maknanya, Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk menuju kepadaNya. Dan untuk memudahkan hal itu maka Tuhan membekali dengan jiwa yang bertaqwa dan akal untuk memikirkan, mengkaji dan memilih. Kemudian kembali kepada masing-masing individu untuk memilih tujuan hidupnya, menuju ALLAH atau mengikuti hawa nafsunya.

Kemana Setelah Mati ?
Dengan diberi petunjuk akal dan wahyu, manusia adalah makhluk yang akan dimintai tanggung jawab oleh Tuhan atas segala perbuatannya semasa hidup di dunia. Dan pertanggungjawaban ini akan dituntut Allah SWT pada waktu manusia dihadapkan ke pengadilanNya di padang Mahsyar (hari kiamat).
Di padang Mahsyar, besok pada hari kiamat, anggota badan manusia seperti lisan, tangan, kaki dan yang lainnya akan menjadi saksi atas segala perbuatan yang dilakukannya. Seumpama seseorang melakukan pencurian, maka ketika dihisab di padang Mahsyar, tangan, kaki, dan anggota badan yang lainnya akan menjadi saksi atas perbuatan tersebut. Perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an (QS.Nur:24): “Pada hari menjadi saksi atas mereka, lidah, tangan dan kaki mereka, tentang segala apa yang telah mereka kerjakan.”
Selain itu, Allah SWT juga akan menghadirkan bumi tempat di mana orang itu melakukan perbuatannya
Sebagai saksi ketiga adalah buku catatan yang ditulis oleh malaikat Raqib dan Atid. Firman Allah dalam Al Qur’an: “Dan tiap-tiap manusia, Kami (Allah) gantungkan segala perbuatan di kuduknya dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah buku yang dijumpainya terbuka. Bacalah bukumu, cukuplah dirimu sendiri menghitung apa yang kamu kerjakan.”
Demikianlah, dengan adanya saksi tersebut keadilan Allah pun berlaku, sehingga amat sulit bagi manusia untuk melepaskan tanggungjawab atas segala perbuatan yang dilakukannya semasa hidup di dunia.
“Barang siapa yang mengerjakan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.”
Setelah itu barulah manusia divonis, apakah dengan nikmat dia masuk ke surga, atau dengan laknat dia masuk ke neraka. Itu semua tergantung kepada perbuatannya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar