Rabu, 06 Oktober 2010

KTNT-evaluasi lahan

Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Rangkuman ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang evaluasi lahan dan survei tanah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Rangkuman ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Rangkuman ini memuat materi tentang “Materi Evaluasi Lahan dan Survei Tanah” yang menjelaskan bagaimana cara-cara melakukan survei tanah dan evaluasi lahan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Sosiologi yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan rangkuman ini.
Semoga rangkuman ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.





Jatinangor , Juni 2010



















EVALUASI LAHAN

Pengertian Dasar
Dalam melaksanakan evaluasi lahan perlu terlebih dahulu memahami istilah-istilah yang digunakan, baik yang menyangkut keadaan sumber daya lahan, maupun yang berkaitan dengan kebutuhan atau persyaratan tumbuh suatu tanaman. Berikut diuraikan secara ringkas mengenai: pengertian lahan, penggunaan lahan, karakteristik lahan, kualitas lahan, dan persyaratan penggunaan lahan.

Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu.
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).

Penggunaan lahan
Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.
Sifat-sifat penggunaan lahan mencakup data dan/atau asumsi yang berkaitan dengan aspek hasil, orientasi pasar, intensitas modal, buruh, sumber tenaga, pengetahuan teknologi penggunaan lahan, kebutuhan infrastruktur, ukuran dan bentuk penguasaan lahan, pemilikan lahan dan tingkat pendapatan per unit produksi atau unit areal. Tipe penggunaan lahan menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua macam yaitu multiple dan compound.

Multiple: Tipe penggunaan lahan yang tergolong multiple terdiri lebih dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan secara serentak pada suatu areal yang sama dari sebidang lahan. Setiap penggunaan memerlukan masukan dan kebutuhan, serta memberikan hasil tersendiri. Sebagai contoh kelapa ditanam secara bersamaan dengan kakao atau kopi di areal yang sama pada sebidang lahan. Demikian juga yang umum dilakukan secara diversifikasi antara tanaman cengkih dengan vanili atau pisang.

Compound: Tipe penggunaan lahan yang tergolong compound terdiri lebih dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada areal-areal dari sebidang lahan yang untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal. Perbedaan jenis penggunaan bisa terjadi pada suatu sekuen atau urutan waktu, dalam hal ini ditanam secara rotasi atau secara serentak, tetapi pada areal yang berbeda pada sebidang lahan yang dikelola dalam unit organisasi yang sama. Sebagai contoh suatu perkebunan besar sebagian areal secara terpisah (satu blok/petak) digunakan untuk tanaman karet, dan blok/petak lainnya untuk kelapa sawit. Kedua komoditas ini dikelola oleh suatu perusahaan yang sama.

Karakteristik lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Dari beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Sebagai gambaran Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (Staf PPT, 1983; Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971).
Tabel 1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi lahan.

Staf PPT (1983) Bunting (1981) Sys et al. (1993) CSR/FAO (1983) Driessen (1971)
Tipe hujan (Oldeman et al.) Periode pertumbuhan tanaman Temperatur rerata (°C) atau elevasi Temperatur rerata (°C) atau elevasi Lereng
Kelas drainase Temperatur rerata pada periode pertumbuhan Curah hujan (mm) Curah hujan (mm) Mikrorelief
Sebaran besar butir (lapisan atas) Curah hujan tahunan Lamanya masa kering (bulan) Lamanya masa kering (bulan) Keadaan batu
Kedalaman efektif Kelas drainase Kelembaban udara Kelembaban udara Kelas drainase
Ketebalan gambut Tekstur tanah Kelas Drainase Kelas drainase Regim kelembaban
Dekomposisi gambut/jenis gambut Kedalaman perakaran Tekstur/Struktur Tekstur Salinitas/ alkalinitas
KTK Reaksi tanah (pH) Bahan kasar Bahan kasar Kejenuhan basa
Kejenuhan basa Salinitas/ DHL Kedalaman tanah Kedalaman tanah Reaksi tanah (pH)
Reaksi tanah (pH) Pengambilan hara (N, P, K) oleh tanaman KTK liat Ketebalan gambut Kadar pirit
C-organik
Pengurasan hara (N, P, K) dari tanah Kejenuhan basa Kematangan gambut Kadar bahan organik
P-tersedia Reaksi tanah (pH) KTK liat Tebal bahan organik
Salinitas/DHL C-organik Kejenuhan basa Tekstur
Kedalaman pirit Aluminium Reaksi tanah (pH) Struktur, porositas, dan tingkatan
Lereng (%)/mikrorelief Salinitas/DHL C-organik Macam liat
Erosi Alkalinitas Aluminium Bahan induk/ cadangan mineral
Kerusakan karena banjir Lereng Salinitas/DHL Kedalaman efektif
Batu dan kerikil, penghambat pengolahan tanah Genangan Alkalinitas
Pori air tersedia Batuan di permukaan Kadar pirit
Penghambat pertumbuhan karena kekurangan air CaCO3 Lereng
Kesuburan tanah Gypsum Bahaya erosi
Permeabilitas lapisan atas Jumlah basa total Genangan
Batuan di permukaan
Singkapan batuan

Karakteristik lahan yang digunakan pada Juknis ini adalah: temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan, dan singkapan batuan.
- temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam °C
- curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam mm
- lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm
- kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %
- drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah
- tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm - bahan kasar : menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar dengan ukuran >2 mm
- kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi
- ketebalan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan
- kematangan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan tingkat kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin banyak seratnya menunjukkan belum matang/mentah (fibrik)
- KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat
- kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.
- reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan
- C-organik : kandungan karbon organik tanah.
- salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik.
- alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar
- kedalaman bahan sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik.
- lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %
- bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun
- genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun
- batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah
- singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah
- sumber air tawar : tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna mempertahankan pH dan salinitas air tertentu
- amplitudo pasang-surut : perbedaan permukaan air pada waktu pasang dan surut (dalam meter)
- oksigen : ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan tanaman/ikan

Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan dari bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang dapat diserap tanaman tentu tergantung pula pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan.

Kualitas lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO, 1976).
Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung menggunakan karakteristik lahan (Driessen, 1971; Staf PPT, 1983), karena keduanya dianggap sama nilainya dalam evaluasi. Metode evaluasi yang menggunakan kualitas lahan antara lain dikemukakan pada CSR/FAO (1983), FAO (1983), Sys et al. (1993) (lihat Tabel2).
Tabel 2. Kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan menurut CSR/FAO (1983), FAO (1983), dan Sys et al. (1993).
CSR/FAO, 1983 FAO, 1983 Sys et.al., 1993
Temperatur Kelembaban Sifat iklim
Ketersediaan air Ketersediaan hara Topografi
Ketersediaan oksigen Ketersediaan oksigen Kelembaban
Media perakaran Media untuk perkembangan akar Sifat fisik tanah
Retensi hara Kondisi untuk pertumbuhan Sifat kesuburan tanah
Toksisitas Kemudahan diolah Salinitas/alkalinitas
Sodisitas Salinitas dan alkalinitas/ toksisitas
Bahaya sulfidik Retensi terhadap erosi
Bahaya erosi Bahaya banjir
Penyiapan lahan Temperatur
Energi radiasi dan fotoperiode
Bahaya unsur iklim (angin, kekeringan)
Kelembaban udara
Periode kering untuk pemasakan (ripening) tanaman

Kualitas lahan dapat berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif akan merugikan (merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor penghambat atau pembatas. Setiap kualitas lahan dapat berpengaruh terhadap satu atau lebih dari jenis penggunaannya. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan.
Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh: keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan ikim (curah hujan). Ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh: faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur, dan konsistensi tanah, zone perakaran, dan bahan kasar (batu, kerikil) di dalam penampang tanah.
Kualitas lahan yang menentukan dan berpengaruh terhadap manajemen dan masukan yang diperlukan adalah:
• Terrain berpengaruh terhadap mekanisasi dan/atau pengelolaan lahan secara praktis (teras, tanaman sela/alley cropping, dan sebagainya), konstruksi dan pemeliharaan jalan penghubung.
• Ukuran dari unit potensial manajemen atau blok area/lahan pertanian.
• Lokasi dalam hubungannya untuk penyediaan sarana produksi (input), dan pemasaran hasil (aspek ekonomi).
Dalam Juknis ini kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperatur, ketersediaan air, ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara, toksisitas, salinitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan lahan.
- temperatur: ditentukan oleh keadaan temperatur rerata
- ketersediaan air : ditentukan oleh keadaan curah hujan, kelembaban, lama masa kering, sumber air tawar, atau amplitudo pasangsurut, tergantung jenis komoditasnya
- ketersediaan oksigen : ditentukan oleh keadaan drainase atau oksigen tergantung jenis komoditasnya
- media perakaran : ditentukan oleh keadaan tekstur, bahan kasar dan kedalaman tanah
- gambut: ditentukan oleh kedalaman dan kematangan gambut
- retensi hara : ditentukan oleh KTK-liat, kejenuhan basa, pH-H20, dan C-organik
- bahaya keracunan : ditentukan oleh salinitas, alkalinitas, dan kedalaman sulfidik atau pirit (FeS2)
- bahaya erosi : ditentukan oleh lereng dan bahaya erosi
- bahaya banjir : ditentukan oleh genangan
- penyiapan lahan : ditentukan oleh batuan di permukaan dan singkapan batuan


Fasilitas yang berkaitan dengan aspek ekonomi merupakan penentu kesesuaian lahan secara ekonomi atau economy land suitability class (Rossiter, 1995). Hal ini dengan pertimbangan bagaimanapun potensialnya secara fisik suatu wilayah, tanpa ditunjang oleh sarana ekonomi yang memadai, tidak akan banyak memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah tersebut. Evaluasi Lahan dari aspek ekonomi tidak dibahas dalam Juknis ini.

Persyaratan penggunaan lahan
Semua jenis komoditas pertanian termasuk tanaman pertanian, peternakan, dan perikanan yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi optimal memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan evaluasi, persyaratan penggunaan lahan dikaitkan dengan kualitas lahan dan karakteristik lahan yang telah dibahas. Persyaratan karakteristik lahan untuk masing-masing komoditas pertanian umumnya berbeda, tetapi ada sebagian yang sama sesuai dengan persyaratan tumbuh komoditas pertanian tersebut.






SURVEI TANAH

Peta Tanah
Peta : alat pemberita visual suatu wilayah
• Peta ilmu bumi (geografi)
• Peta topografi
• Peta geologi dan sebagainya
Peta tana : penyebaran satuan tanah keadaan tanah/lahan
Skala peta : perbandingan antara jarak dua titik dalam peta terhadap jarak kedua tempat sebenarnya (di lap)
Misal : 10cm di peta
10 km (1000000 cm)
skala 10 : 1.000.000
1 : 100.000

Syarat peta :
• Beri gambar yang mudah dipandang/dimengerti
• Berunsur-unsur sifat yang dikehendaki tujuan
• Beda tugas antara satuan-satuan peta
• Tidak membingungkan
• Sebagai sarana kerja yang efisien

Satuan peta tanah (soil mapping unit) :
Tersusun dari kesatuan 3 satuan :
• satuan tanah
• satuan bahan induk beri gambar jelas tentang tanah dan wilayah
• satuan wilayah
Asosiasi tanah : Beberapa jenis/seri tanah yang arealnya jelas, tapi batas penyebarannya tidak dapat ditetapkan karena rumit dan sempit
Kompleks tanah : satuan peta yang tersusun atas beberapa satuan peta.
Berdasarkan intensitas pengamatannya, survei tanah dibedakan atas 6 tingkatan survei, yaitu:
1. Bagan,
2. Eksplorasi,
3. Tinjau,
4. Semi Detail,
5. Detail, dan
6. Sangat Detail.

Penjelasan mengenai kerapatan pengamatan, skala, luas tiap 1 cm2 pada peta, satuan peta dan satuan tanah yang dihasilkan, dan contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Survei Tanah Tingkat Bagan:
Pada survei tanah tingkat bagan belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka.
Peta tanah bagan (skhematic/generalised soil map)
Skala 1 : 2.500.000 s/d 1 : 5.000.000
1 mm  2 ½ – 5 km
Satuan peta :
• Satuan jenis tanah utama (great group)
• Satuan wilayah hanya bedakan dataran & bukit/gunung
• Satuan bahan induk tak dipisahkan
Cara susun :
• Penyederhanaan peta skala lebih besar
• Penafsiran data, peta geologi, topografi, iklim, vegetasi
Misal : peta Indonesia – dari pulau-pulau
Hanya tunjukan : penyebaran jenis tanah utama
Fungsi : gambar persentasi & penyebaran guna rencana garis besar pemb neg

2. Survei Tanah Tingkat Eksplorasi:
Pada survei tanah tingkat eksplorasi belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka.
Peta tanah explorasi (Exploratory soil map)
• Skala 1 : 1.000.000 (1 mm – 1 km)
• (1 mm2 – 100 ha)
• Merupakan peta tanah sistematik tertinggi
Satuan peta :
• Satuan jenis tanah utama
• Jenis bahan induk
• Jenis fisiografi/bentukan lahan
Disusun :
• Dari survei tanah – sehingga pemboran 2-5 titik setiap 100.000 ha
• Hasil analisa lab O.T
Fungsi :
• inventarisasi jenis tanah utama dalam wilayah luas
• tunjukan areal tanah bermsl  rencana pemb

3. Survei Tanah Tingkat Tinjau:
Pada survei tanah tingkat tinjau perlu dilakukan pengamatan lapang.
Peta tanah tinjau (Reconnaissance soil map)
• Skala 1 : 250.000
• Pengecilan : untuk perkecil vol gambar dengan kurangi tingkat ketelitian
• Pembesaran : pengamatan daerah tersebut dapat dipertanggungjawabkan
Satuan peta :
• Macam tanah
• Macam bahan induk
• Macam fisiografi
• Bentuk lahan
Disusun :
• dari survey tanah dengan besar 5 – 10 / 10 km2
• dari peta dasar 1 : 25.000 – 1 : 100.000
Fungsi : keterangan potensi tanah dan permasalahan untuk perencanaan pemb

4. Survei Tanah Tingkat Semi Detail:
Pada survei tanah tingkat semi detail perlu dilakukan pengamatan lapang.
Peta tanah tinjau mendalam (semi detaile)
• Skala 1 : 50.000 s/d 1 : 10.000
Satuan peta :
• Rupa tanah
• Fisiografi tingkat rendah tujuan kepent ingan praktis dan luas
• Bentuk lahan
Disusun :
• dari survey bor 1-5 bh
• Profil 1 bh tiap 100 ha
Pengembangan :
• peta kemampuan lahan
• peta fisiografi, peta rekomendasi

5. Survei Tanah Tingkat Detail:
Pada survei tanah tingkat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 hektar atau 1 tiap 8 hektar atau 1 tiap 2 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 25.000 sampai dengan 1: 10.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 25.000 atau 1 : 20.000 atau 1 : 10.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 6,25 hektar atau 5 hektar atau 1 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan mikro dan operasional untuk proyek-proyek pengembangan tingkat kabupaten atau kecamatan, perencanaan pemukiman transmigrasi, perencanaan dan pengembangan jaringan irigasi sekunder dan tersier.

6. Survei Tanah Tingkat Sangat Detail:
Pada survei tanah tingkat sangat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 2 tiap 1 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 10.000 atau berskala lebih besar; pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 5.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 0,25 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan dan pengelolaan lahan di tingkat petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi; intensifikasi penggunaan lahan kebun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar