Rabu, 06 Oktober 2010

Dasar Ilmu Tanaman-tata nama

1. Di Indonesia sering muncul kekeliruan pemakaian istilah botani varietas yang diterapkan pada tanaman budidaya hasil rakitan pemulia tanaman yang seharusnya diberi istilah kultivar. Kekeliruan ini terjadi karena istilah kultivar (cultivated variety) memang belum begitu lama dikenal orang. Istilah ini sengaja dibuat untuk membedakan kategori penggolongan tanaman pertanian (yang dulunya juga disebut varietas) dari kategori takson botani yang hampir serupa tetapi sangat beberbeda pengertiannya.
Aturan penulisan :
• Penulisan nama ilmiah selalu ditulis dengan huruf biasa/ kecil kecuali huruf pertama nama genus yang diawali dengan huruf kapital.
• Pada suatu teks yang ditulis dengan huruf tegak, nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik); dan sebaliknya; sedangkan pada suatu teks yang ditulis tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
• Penulisan nama ilmiah tidak mengikuti tipografi teks yang menyertainya; artinya penulisan nama ilmiah selalu tetap sama.
• Pada suatu teks yang menyertakan nama umum/ trivial; nama ilmiah diletakkan di belakang nama umum/ trivial tersebut dan diberi tanda kurung. Contoh kedelai (Glycine max Merr.)
• Nama ilmiah selalu ditulis lengkap saat disebutkan pertama kali. Pada penyebutan selanjutnya nama genus dapat disingkat dengan mengambil huruf awal nama genus yang ditulis dengan huruf kapital dan diberi tanda titik.
• Penggunaan nama deskriptor boleh diberikan di belakang nama ilmiah;
a. Untuk hewan, nama deskriptor ditulis secara lengkap untuk hewan sedangkan untuk tumbuhan ditulis dengan singkatan.
b. Pada suatu teks yang ditulis dengan huruf tegak, nama deskriptor ditulis dengan huruf tegak; dan sebaliknya.
c. Pada suatu teks yang ditulis tangan, nama deskriptor tidak diberi garis bawah.
d. Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, maka nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — semula dimasukkan dalam genus Fringilla.
• Penggunaan singkatan:
a. Jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan;
i. Untuk hewan (zoologi) digunakan singkatan "sp."
ii. Untuk tumbuhan (botani) "spec."
b. Jika nama spesies merupakan bentuk jamak, digunakan singkatan "spp." Contoh: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; sedangkan Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
c. Jika nama subspesies belum diidentifikasi; maka digunakan singkatan subspesies
i. Untuk hewan (zoologi) digunakan singkatan "ssp."; bentuk jamaknya "sspp."
ii. Untuk tumbuhan (botani) digunakan singkatan "subsp."; bentuk jamaknya "subspp."
d. Jika identifikasi nama belum pasti, maka digunakan singkatan "cf." (dari confer). Contoh: Corvus cf. splendens; berarti sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini.
• Nama varietas; selalu diberikan di belakang nama ilmiah, dan menggunakan singkatan ”var.” di depan nama varietasnya.


2. Kentang cv. Atlantik











3. Mengapa perlu mempelajari dan memahami cara penulisan dan tata nama tumbuhan dan tanaman seuai ICBN/ICNCP?
Menurut pendapat kelompok kami, Peraturan Tata Nama Tumbuhan / Tanaman Budidaya Internasional (ICBN/ICNCP) diperlukan untuk mengklasifikasi jenis-jenis tanaman. Selain itu, peraturan internasional ini diperlukan sebagai bahasa ilmiah untuk mengenal suatu spesies. Lalu dapat juga mengenai :
• Keabsahan nama ilmiah tanaman yang diteliti sangat penting untuk memnunjang asal usul tanaman yang digunakan sebagai bahan penelitian, sehingga apabila diperlukan, maka tanaman sesuai dengan yang diinginkan dapat diperoleh secara benar.
• Suatu penelitian agronomi yang dilakukan dengan menggunakan subyek penelitian yang kurang jelas (missal cara penulisan nama ilmiah tidak benar) akan mengurangi bbot penelitian yang dihasilkannya, karena, bagian karya ilmiah yang menyangkut nama ilmiah tanaman tersebut adalah tidak sah. Keadaan ini juga akan meragukan para peneliti lainnya yang berminat mengacu, menelusuri mengulang kembali, atau melanjutkan penelitiannya dengan bahan tanaman atau subjek penelitian yang sama.


4. Mengapa bahasa Latin dipilih :
Bahasa latin dipilih karena pertama sudah menjadi tradisi secara universal dipergunakan sebagai bahasa ilmiah dan kedua bahasa Latin merupakan bahasa yang telah mati sehingga kemungkinan untuk berubah hampir tidak ada. Bentuk bahasa tetap dan tidak berubah ini menunjang suatu kesatuan arti yang berlaku secara universal, yang merupakan salah satu asas dasar tata tumbuhan.


5. Yang di pelajari dalam sistematika tumbuhan adalah :
• Identifikasi Tumbuhan : membanding-bandingkan jenis-jenis tumbuhan yang ada
• Tata Nama Tumbuhan : pemberian nama dengan deskripsi
• Klasifikasi Tumbuhan : pengelompokkan silsilah tumbuhan
6. Cara penamaan spesies
• Nama genus di awal dan penunjuk spesies mengikutinya
• Huruf depan genus menggunakan huruf besar (uppercase) dan penunjuk spesiesnya menggunakan huruf kecil (lowercase)
• Pada teks tegak di tulis miring (Italic) dan untuk tulisan tangan diberi garis bawah
Contoh : Oryza sativa


7. 24 takson tumbuhan berdasarkan ICBN :
Regnum, Subregnum, Divisio, Subdivisio, Classis, Subclassis, Ordo, Subordo, Familia, Subfamilia, Tribus, Subtribus, Genus, Subgenus, Sectio, Subsectio, Series, Subseries, Species, Subspecies, Varietas, Subvarietas, Forma, Subforma, Individuum.


8. Penulisan Varietas dan Kultivar berdasarkan ICBN
• Cara penulisan kultivar
Menurut Kode Internasional Tata Nama Tanaman Budidaya, nama kultivar sebaiknya terdiri dari satu atau dua kata, dan tidak boleh lebih dari tiga kata, oenulisannya didahului singkatan kv., atau ditempatkan diantara dua tanda kutip tunggal, dan disetiap awal kata tadi ditulis dengan huruf besar.

Nama kultivar harus berupa nama fantasi, jangan sama dengan nama ilmiah ataupun nama umum suatu genus atau species. Nama kultivar dapat dirangkainkan dengan nama umum ataupun nama ilmiah suatu genus, apecies atau varietas.
Misal :
1. Contoh penulisan nama kultivar yuang dirangkaikan dengan anam genusnya atau nama umum dari genusnya :
Adiantum kv. Sleeping Beauty, atau suplir kv. Sleeping Beauty dapat ditulis : Adiantum ‘Sleeping Beauty’ atau suplir ‘Sleeping Beauty’
2. Contoh penulisan nama kultivar yang dirangkaikan dengan nama spesiesnya atau nama umum dari spesies nya :
Oryza sativa kv. Bengawan, atau padi kv. Bengawan ; dapat ditulis Oryza sativa ‘Bengawan’ atau padi ‘Bengawan’
3. Contoh penulisan nama kultivar yang dirangkaikan dengan nama varietas nya atau nama umum dari varietasnya.
Brassica oleracea var. capitata kv. Roem van Enkhulzen atau kubis daun kv. Roem van Enkhulzen ; dapat ditulis Brassica oleracea var. capitata ‘Roem van Enkhulzen’ atau kubis daun ‘Roem van Enkhulzen’

• Cara penulisan varietas
Nama ilmiah spesies tumbuhan ditulis berdasarkan system binomial, yaitu gabungan nama genus dengan epithetin specifium nya (penunjuk spesies). Nama genus tersebut, berupa kata benda tunggal, dan wala katanya harus ditulis dengan huruf besar, sedangkan epitheton specifium nya dapat berupa : kata sifat yang cocok dengan nama genusnya, kata benda yang memberi keterangan tambahan, atau kata benda dalam kasus genitif, awal kata epitheton specifium harus ditulis dengan huruf kecil.
Disini jelas bahwa varietas merupakan salah satu kategori takson tumbuhan, dan penamaannya diatur oleh Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan, oleh karena itu nama varietas harus ditulis dalam bahasa Latin.


9. Berbagai cara mensitir nama tumbuhan / tanaman berdasarkan ICBN :
a. Sitiran tunggal, misalnya : Oryza sativa L.
L. merupakan singkatan dari Carolus Linnaeus. Menunjukan bahwa Linnaeus adalah pengarang dan mempublikasikan tumbuhan tersebut.

b. Sitiran ganda dihubungkan dengan kata depan ex, misalnya Gossypium tomentosum Nutt. ex Seem.
Nutt singkatan dari Thomas Nuttal. Seem singkatan dari Berthold Carl Seeman. Menunjukkan bahwa pengarang yang namanya tercantum setelah kata depan ex, yaitu Seeman yang diterima sebagai pengarang dan pempublikasi dari tanaman tersebut, yang sebelumnya diberi nama oleh Nuttal namun dia tidak pernah mempublikasikannya. Maka boleh ditulis G. tumentosum Seem.

c. Sitiran ganda dihubungkan dengan kata depan in, misalnya Viburnum ternatum Rehd. in Sarg.
Rehd singkatan dari Alfred Rehd. Sard singkatan dari Charles Spargue Sargent. Menunjukkan bahwa pengarang sebelum kata depan in , yaitu Rehd yang diterima sebagai pengaran dan pempublikasi dari V. ternatum dalam suatu karya ilmiah yang diedit oleh Sargent. Maka boleh ditulis V. ternatum Rehd.

d. Sitiran ganda dihubungkan dengan kata depan non, misalnya Citrus nobilis Andr. non Lour.
Andr. singkatan dari Hendy C. Andrews. Lour singkatan dari Juan Loureiro. Menunjukkan bahwa C. nobilis dari takson yang diberi nama dan dipublikasikan oleh Andrews bukan oleh Loureiro dengan nama ilmiah yang sama. Maka kata depan non tidak boleh dihilangkan, harus ditulis secara lengkap.

e. Sitiran ganda dihubungkan dengan kata depan non dan nec, misalnya Bartlingia Brongn. non Reichb. nec Muell.
Brongn dinkatan dari Adolphe Theodore Brongniart. Reichb singkatan dari H.G.L Reinchenbach. Muell singkatan dari Ferdinand von Mueller.
Menunjukkan bahwa genus Bartlingia dari takson yang diberi nama dan dipublikasikan oleh Brongniart, bukan dari takson yang diberi nama dan dipublikasikan oleh Reinbach dan juga bukan oleh Mueller, dengan nama ilmiah yang sama. Maka kata depan non dan nec tidak boleh dihilangkan, harus lengkap.

f. Sitiran ganda memakai tanda kurung biasa, missal Althena rosea (L.) Cav.
L. Singkatan dari Carolus Linnaeus. Cav. Singkatan dari Antonio J. cavanilles. Menunjukkan bahwa pada tumbuhan tersebut telah terjadi pergeseran takson. Mulanya Linnaeus menempatkannya dalam genus Malva rosea L. Kemudia Cavanilles menempatkannya dalam genus Althena dan ternyata diterima, sehingga namanya menjadi Althena rosea (L.) Cav.

g. Sitiran ganda memakai tanda kurung persegi, missal Lupinus [Tourn.] L.
Tourn. Singkatan dari Joseph P de Tournefort. L. singkatan dari Carolus Linnaeus. Menujukkan bahwa pengarang tumbuhan yang namanya didalam, yaitu Tournefort yang pertama kali memberi nama dan mempublikasikan Lupinus, namun dia termasuk prestarting point author yaitu pengarang yang muncul sebelum system binomial berlaku. Dalam hal ini, Linnaeus itu hanya mensitir saja dari arsip yang ada, jadi harus ditulis lengkap. Lupinus [Tourn.] L.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar