Rabu, 06 Oktober 2010

KTNT-Laporan Praktikum Tanah di Ciparanje

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang tersusun atas padatan (mineral dan bahan organik), cairan, dan gas yang menempati permukaan daratan, dan dicirikan oleh horizon – horizon atau lapisan-lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari proses penambahan, penghilangan, pemindahan, dan transformasi energi dan materi, yang memiliki kemampuan mendukung tanaman berakar di dalam lingkungan alami (Soil Survey Staff 1998). Menurut Soepardi (1983), tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman mengandung 45% bahan mineral, 5% bahan organik, 20- 30% gas/udara, dan 20-30% cairan/air.
Bahan organik merupakan salah satu penyusun tanah yang berperan penting dalam merekatkan butiran tanah primer menjadi butiran sekunder untuk membentuk agregat tanah yang mantap. Kondisi seperti ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi, seperti jerami dan sekam berpengaruh besar terhadap perbaikan sifat fisika tanah. Bahan organik memiliki peran penting seperti: (1) penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan hara mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe), meskipun jumlahnya relatif sedikit; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit 2006).
Bahan organik juga merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme tanah yang menjalankan berbagai proses penting di dalam tanah. Keberadaan bahan organik di dalam tanah ditunjukkan oleh lapisan berwarna gelap atau hitam, biasanya pada lapisan atas setebal 10-15 cm. Jumlah dan ketebalan lapisan atas ini bergantung pada proses yang terjadi seperti pelapukan, penambahan, mineralisasi, erosi, pembongkaran dan pencucian (leaching), serta pengaruh lingkungan seperti drainase, kelembapan, suhu, ketinggian tempat, dan keadaan geologi (Suhardjo et al. 1993).

1.2. Rumusan Masalah
• Apa jenis tanah yang terdapat di Ciparanje?
• Dimana Ciparanje?
• Kapan penilitian dilakukan?
• Bagaimana metode penelitian yang digunakan?

1.3. Tujuan
• Untuk mengetahui jenis tanah yang ada di daerah Ciparanje.
• Untuk mengetahui letak daerah yang mempunyai jenis tanah tersebut.
• Untuk mengetahui kegunaan jenis tanah yang diteliti.












BAB II
HASIL PRAKTIKUM

2.1. Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk meneliti sifat-sifat tanah dengan baik dilapangan, maka dilakukan irisan tegak lurus dari permukaan tanah ke bawah. Dari irisan tegak lurus ini akan terlihat hubungan tanah yang berada dipermukaan bumi dengan benda-benda dibagian bawahnya sebagai pembentuk tanah. Utusan tegak lurus seperti ini mencapai kedalaman 2 m (profil tanah).
Jenis tanah yang kami amati adalah ultisols. Tanah Ultisols adalah tanah yang telah mengalami pelapukan dan bersifat lebih masam dari Alfisol, tetapi umumnya tidak semasam Spodosol.
Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata labih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik atau kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%, sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari 35%.
Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat . tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan.


Model :
Surveyor :
Observation Nr. :
Date :
Location :
Rentis :
Tentatif Soil Class :
Tentatif Land Class :
Area :
Photo Nr.?Map Nr. :
Vegetation :
Present Land Use :
Water Table :
Drainage Class :
Land Units / landform :
Slope Gradient :

Remark :
1. Surface feature :
2. Flooding (excesswater removed) :
Depth of water :
On month :
3. Mikro relief :
4. Permeability rate :
5. Depth if sand, gravel or cobble,
Plinthite, gley, cat clay, quartz :
6. Parent material :
7. Sketch of landform :




Lapisan :
1) 0 – 30 cm (5YR) warna : dark reddish gray 4/2
- Teksturnya liat berdebu
- Rekat dan mengkilat karena mengandung liat yang tinggi
- Mengandung sedikit pasir
- Lebih banyak akar dengan ukuran yang kecil
2) 31 – 75 cm (5YR) warna : dark gray 4/1
- Terdapat akar namun jarang – jarang dan umumnya ukuran akar lebih besar dari lapisan pertama
3) 75 – 155 cm (5YR) dark reddish gray 4/2
- Terdapat sedikit sekali akar
4) 155 – 200 cm
- Tidak ada akar


Lapisan 1 (A3)
Silty Clay (Liat Berdebu)
Lapisan 2 (B1)
Clay
Lapisan 3 (B2)
Heavy Clay (Liat Berat)
Terdapat tumpukan liat
Lapisan 4 (B3)
Clay Lum (Lempung Berliat)




Bisa disimpulkan tanah yang diamati adalah jenis tanah ultisol :
- Struktur : blocky (kuat)
- Retakan sampai B2
- Tidak ada motle (aerasinya kurang bagus)

Lapisan bagian atas regolit tersebut terlihat perbedaan-perbedaan dengan bagian bawahnya. Karena bagian teratas langsung berhubungan dengan atmosfer, maka lapisan ini langsung dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim dan proses-proses hancuran oleh iklim. Disamping itu lapisan ini merupakan zone perakaran tanaman dan tempat hidup berbagai makro dan mikroorganisme. Contoh organisme yang ditemukan adalah semut dan cacing.
Terdiri dari horizon-horizon A3, B1, B2, dan B3. Lapisan yang paling atas terletak pada horizon A3 berwarna lebih gelap atau kehitaman, lebih subur atau gembur , tempat pengolahan tanah dan disebut lapisan tanah atas (top soil) atau lapisan olah. Tebal lapisan ini adalah 30 cm dari permukaan tanah. Jenis warna dilapisan ini adalah 5YR (dark raddish gray). Lebih banyak akar ukuran kecil-kecil. Teksturnya liat berdebu.
Pada lapisan kedua berada pada horizon B1. Teksturnya liat dan berada pada kedalaman 75 cm dari permukaan tanah memiliki tebal 45 cm. Terdapat sedikit akar yang berukuran besar. Jenis warna pada lapisan ini adalah 5YR (dark gray).
Dilapisan ketiga yaitu horizon B2,warna tanah 5YR ( dark raddish gray) sama seperti horizon pertama. Akar yang ada dilapisan ini sangat sedikit sekali. Teksturnya liat berat,penuh penumpukan-penumpukan liat sehingga tanah menjadi keras. Berada pada kedalaman 155 cm dari permukaan tanah,memiliki tebal 50 cm.
Lapisan terakhir yaitu horizon B3 teksturnya lempung berliat. Warnanya 5YR (dark raddish gray) sepperti lapisan pertama dan ketiga. Tidak terdapat akar sama sekali. Berada pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah,memiliki tebal 45 cm.
Dilapisan terakhir kegiatan jasad hidup tanah berkurang, juga perakaran tumbuhan, kecuali akar tumbuhan tahunan (perenial). Dengan demikian lapisan ini kurang subur dibanding dengan lapisan atasnya. Solum tanah memiliki tebal mencapai 155 cm. Secara berangsur-angsur kebagian bawah solum tanah ini menjadi lebih keras, karena kurang terjadi terjadi pelapukan dan langsung berhubungan dengan lapisan bawahnya yaitu bahan induk tanah.




BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Jenis tanah yang kami amati adalah ultisols. Tanah Ultisols adalah tanah yang telah mengalami pelapukan dan bersifat lebih masam dari Alfisol, tetapi umumnya tidak semasam Spodosol.
Terdiri dari horizon-horizon A3, B1, B2, dan B3. Lapisan yang paling atas terletak pada horizon A3 berwarna lebih gelap atau kehitaman, lebih subur atau gembur , tempat pengolahan tanah dan disebut lapisan tanah atas (top soil) atau lapisan olah. Pada lapisan kedua berada pada horizon B1. Teksturnya liat dan berada pada kedalaman 75 cm dari permukaan tanah memiliki tebal 45 cm. Dilapisan ketiga yaitu horizon B2,warna tanah 5YR ( dark raddish gray) sama seperti horizon pertama. Lapisan terakhir yaitu horizon B3 teksturnya lempung berliat. Warnanya 5YR (dark raddish gray) sepperti lapisan pertama dan ketiga. Dilapisan terakhir kegiatan jasad hidup tanah berkurang, juga perakaran tumbuhan, kecuali akar tumbuhan tahunan (perenial). Dengan demikian lapisan ini kurang subur dibanding dengan lapisan atasnya. Solum tanah memiliki tebal mencapai 155 cm.

3.2. Saran
Sebaiknya jenis tanah ultisols sebelum digunakan untuk pertanian diperlukan pengapuran, pemupukan, dan pengolahan yang tepat agar tanah dapat digunakan sebagai areal pertanian yang baik. Penggunaan sebagai hutan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recyclng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar